Covid-19 menggila, ARSSI: Rumah sakit penuh, oksigen kurang dan harga obat melonjak

JAKARTA. Kasus virus corona (Covid-19) di Indonesia terus melonjak sejak pertengahan Juni lalu. Ini membuat sejumlah rumah sakit di tanah air kewalahan. 

Sekedar mengingatkan, saat ini ada 218.476 kasus aktif Covid-19 di Indonesia. Lonjakan kasus tersebut menyebabkan meningkatnya keterisian kamar perawatan untuk pasien Covid-19.

“Pasien sudah penuh, sudah di atas 90% baik di IGD atau pun di luar IGD, padahal rumah sakit juga sudah meningkatkan kapasitas tempat tidurnya,” ujar Sekretaris Jenderal Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Ichsan Hanafi saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (28/6).

Kondisi tersebut disebut Ichsan merata di seluruh wilayah Pulau Jawa. Meski begitu, beberapa daerah di luar Jawa seperti Palembang juga mulai kembali menunjukkan peningkatan.

Selain keterisian rumah sakit, lonjakan kasus Covid-19 juga membuat banyak tenaga kesehatan yang terpapar virus corona. Oleh karena itu, rumah sakit pun mulai kekurangan tenaga kesehatan untuk merawat pasien.

Oleh karena itu, ARSSI juga telah meminta penambahan tenaga kesehatan kepada pemerintah. Hal itu bisa dilakukan dengan penambahan tenaga kesehatan dari luar daerah yang kasusnya melonjak besar atau pun percepatan penambahan tenaga kesehatan.

“Apakah bisa dimobilisasi dari luar Pulau Jawa atau mungkin dokter yang punya surat tanda registrasi (STR) perawat yang belum punya STR bisa menangani,” terang dia.

Alat kesehatan untuk bantuan perawatan juga sulit untuk didapatkan pada saat ini. Sehingga cadangan oksigen untuk perawatan pasien Covid-19 mulai menipis.

Dia juga menyampaikan kondisi obat virus yang mulai mengalami kelangkaan. Sehingga harga obat tersebut mulai mengalami peningkatan. “Ada beberapa obat virus yang langka sehingga harganya meningkat,” ungkap dia. 

Ichsan pun meminta agar pemerintah membantu pembiayaan rumah sakit untuk mempercepat pengobatan pasien Covid-19. Selain itu, upaya pencegahan lonjakan kasus terus terjadi juga perlu dilakukan di hulu dengan memperketat pelaksanaan protokol kesehatan.

“Rumah sakit tidak akan kuat, jadi memang tidak hanya rumah sakit yang all out tapi dari sisi lain di tingkat RT, RW, pengetatan yang betul, tempat umum juga dibatasi,” pungkas Ichsan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *