Muhammadiyah Melarang Perayaan Maulid Nabi? Siapa Bilang!

Perspektiftoday _Sepertinya tidak sedikit kaum muslimin yang berpandangan bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia termasuk yang melarang atau melabeli bid’ah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Tetapi, apakah benar demikian bahwa Muhammadiyah memiliki fatwa bahwa perayaan Maulid Nabi Muhammad adalah perilaku bid’ah?

Silakan simak dulu deh pandangan dari Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti seperti dilansir laman resmi Muhammadiyah di www.muhammadiyah.or.id.

Abdul Mu’ti menegaskan bahwa hukum peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw adalah mubah, yakni tidak dilarang sekaligus tidak diperintahkan.

“Tapi juga bisa memiliki nilai dan makna yang sangat penting bahkan bisa bernilai ibadah jika perayaannya kita selenggarakan sesuai dengan tuntutnan agama dan kita niatkan sebagai bagian dari kita beribadah kepada Allah,” kata Mu’ti dalam Pengajian Maulid Nabi Universitas Muhammadiyah Kudus

Abdul Mu’ti lantas mengutip penjelasan murid Kiai Ahmad Dahlan yaitu Kiai Mas Mansur terkait Maulid Nabi dalam buku karya Amir Hamzah Wiryosukarto.

“Kalau peringatan itu sebagai sesuatu yang wajib dilakukan, maka itu bisa disebut sebagai bid’ah…. Tapi jika peringatan itu tidak dimaksudkan sebagai sesuatu yang diwajibkan, maka tidak ada masalah dalam penyelenggaraan Maulid Nabi.”

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah itu memberikan contoh misalnya peringatan Mauli Nabi dalam rangka kita mengambil uswah, keteladanan dan kemudian mengagungkan Nabi Muhammad sebagai Rasulullah dan meningkatkan komitmen kita untuk mengikuti ajaran Rasulullah.

“Dan karena itu yang jadi bagian penting adalah bagaimana kita mengambil pelajaran dari peri-kehidupan Rasulullah dan kemudian menjadikan peringatan Maulid Nabi ini sebagai bagian dari proses edukasi atau proses di mana kita berusaha untuk membentuk karakter muslim yang baik dengan meneladani peri-kehidupan Nabi Muhammad,” imbuhnya.

Dalam Alquran Surat Al-Ahzab ayat 21, Nabi Muhammad disebut sebagai ‘uswah hasanah’. Di Alquran, gelar uswah hasanah diberikan hanya untuk Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim.

Alquran menegaskan perintah untuk mengikuti Nabi Muhammad sebagai uswah hasanah lewat Surat Ali Imran ayat ke-31.

“Ada faktor internal dalam pribadi Nabi Muhammad yang sangat utama, sangat mulia sehingga orang bisa mengambil keteladanan dari sikap-sikap Nabi Muhammad itu. Dan ketika Aisyah ditanya bagaimana sifat Nabi Muhammad itu Aisyah menjawab akhlaknya adalah Alquran,” terang Mu’ti.

“Karena itu kemudian mengikuti Nabi Muhammad adalah sesuatu yang utama, yang diperintahkan. Nah orang yang bisa mengikuti itu disebut sebagai orang-orang yang mendapatkan rahmat Allah dan mendapatkan pertolongan Allah pada hari kiamat,” pungkasnya.

SEJARAH PERINGATAN MAULID NABI

Bahkan, Abdul Mu’ti menyebut Maulid Nabi memiliki peran penting dalam kemenangan umat Islam untuk membebaskan Yerusalem dan Al-Aqsha di bawah kepemimpinan Shalahuddin Al-Ayubi.

“Pada saat umat Islam mengalami kekalahan itulah muncul sayembara penulisan riwayat kehidupan nabi yang dengan itu diharapkan semangat umat bisa tumbuh dengan spirit baru untuk melanjutkan jihad fisabilillah,” ungkap Mu’ti dalam Pengajian Maulid Nabi Universitas Muhammadiyah Kudus

“Dan yang menang adalah Al Barzanji itu, kemudian itulah yang banyak dibaca di kampung-kampung itu. Isinya syair-syair yang memuji kemuliaan nabi dan manaqib tentang peri kehidupan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam,” imbuhnya.

Al Barzanji yang dimaksud Mu’ti adalah kitab berjudul ‘Iqdul Jawahir karya seorang ulama bernama Syaikh As-Sayid Ja`far Al-Barzanji. Isi kitab tersebut adalah biografi Nabi Muhamad yang ditulis dalam bentuk pujian berupa prosa dan puisi. Di Nusantara, kitab ini dikenal sebagai Barzanji.

“Di situ diceritakan kehidupan Nabi dari mulai lahir sampai peristiwa penting dalam kehidupan Nabi. Terutama dalam Isra Mikraj,” jelas Mu’ti.

Berbagai kemuliaan akhlak, keutamaan dan pribadi Nabi yang dituliskan dalam kitab tersebut menurut Mu’ti berhasil membangkitkan semangat umat Islam dalam berjuang.

Semangat yang sama dalam perayaan Maulid Nabi menurut Mu’ti penting dilakukan untuk menggugah semangat kaum muslimin dalam menumbuhkan kecintaan kepada Nabi Muhammad dan dakwah.

“Satu hal yang sangat penting dalam kaitan Maulid Nabi adalah makna kehadiran Nabi sebagai rasul pembawa risalah yang seringkali dalam Mukadimah Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (Muhammadiyah) itu disebutkan membawa kehidupan manusia dari jahiliyah kepada kehidupan Islami,” jelasnya.

“Nah inilaih yang saya kira sangat penting. Semangat Maulid ini selain menjadikan kita sebagai orang yang mencintai ilmu, tapi juga mengembangkan ilmu, kita juga menjadi pembelajar sepanjang hayat. Bagaimana kita berusaha menjadi individu atau masyarakat yang berakhlak mulia sebagaimana keluhuruan Nabi Muhammadi di antara manusia lainnya,” tutup Mu’ti.[MT]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *