Jakarta | Perspektiftoday-Media internasional menyoroti situasi darurat Covid-19 yang terjadi di Indonesia akibat penyebaran Covid-19 varian Delta. Situasi di Indonesia di mana rumah sakit kelebihan kapasitas dan juga kehabisan tabung oksigen, disebut sama persis dengan India ketika tsunami Covid-19 dengan menembus 400 ribu kasus sehari.
Media Inggris, Telegraph menyebut di judul bahwa Indonesia mirip India saat berjuang melawan Covid-19. Media tersebut menyebut situasi di pemakaman di Indonesia didorong oleh varian Delta yang lebih menular, berubah menjadi lintasan vertikal yang menakutkan.
Para ahli telah memperingatkan Indonesia menghadapi krisis gaya India ketika rumah sakit di pulau Jawa mulai merawat pasien di tempat parkir dan kehabisan pasokan oksigen medis. Pemerintah telah meminta bantuan Tiongkok, Singapura dan negara-negara lain.
Rumah sakit di seluruh pulau Jawa Indonesia kehabisan oksigen, obat-obatan, tempat tidur dan bahkan staf nakes karena peningkatan tajam dalam kasus Covid-19. The Guardian menyebut sistem kesehatan di Indonesia berada di titik nadir.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi/Komandan PPKM Darurat Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan awal pekan ini, dia khawatir kasus harian bisa mencapai 70 ribu. Pemerintah mengatakan pihaknya mendapatkan pasokan oksigen dari Singapura untuk mengurangi kekurangan. ’’Paling buruk bisa mencapai 60 ribu hingga 70 ribu kasus per hari, tetapi saya berharap itu tidak terjadi karena teman-teman kita dari polisi, militer telah melakukan isolasi yang cukup baik,” kata Luhut.
Rumah sakit di seluruh Jawa sudah berada pada titik krisis. ’’Ini seperti pasar di luar rumah sakit. Bahkan jika Anda menambahkan 100 tempat tidur lagi, itu tidak akan cukup. Pasien masih akan berbondong-bondong ke rumah sakit kami,” kata Kepala Gugus Tugas Penanganan Covid-19 RSUD Dr Slamet Martodirdjo Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Syaiful Hidayat.
Rumah sakit tersebut merupakan yang terbesar di Pamekasan dan saat ini merawat lebih dari 100 pasien Covid. Halaman depan telah diubah menjadi ruang gawat darurat, sedangkan bagian dalam gedung digunakan untuk mengisolasi pasien. Meskipun rumah sakit beruntung dapat menghasilkan pasokan oksigen cair sendiri di lokasi, tangki oksigen tambahan masih diperlukan untuk mendukung pasien yang tinggal di tenda.
Rumah sakit itu juga menghadapi kekurangan staf setelah 10 dokternya dinyatakan positif Covid-19 minggu ini. Ruang gawat darurat yang biasanya ditangani oleh tiga dokter kini hanya dikelola oleh satu orang. Selain itu, persediaan remdesivir, obat antivirus, telah habis. ’’Kami biasanya menggunakan suntikan ini untuk pasien yang dalam kondisi kritis,” kata Syaiful, seraya menambahkan bahwa mereka sudah 10 hari tidak minum obat.
Kebanyakan orang yang datang ke rumah sakit selama dua minggu terakhir tiba dengan saturasi oksigen yang sangat rendah. ’’Dalam dua minggu terakhir ini 50 orang meninggal karena Covid di rumah sakit ini. Kebanyakan dari mereka meninggal sebelum mereka menghabiskan 24 jam dirawat di sini,” katanya.
Syaiful yakin jumlah korban tewas sebenarnya di daerah itu lebih tinggi. Banyak pasien terpaksa pulang ke rumah setelah melihat betapa penuhnya rumah sakit, atau setelah gagal menunggu di tenda. (jawapos)