Kecepatan Berjalan Dapat Prediksi Sisa Umur Lansia

Ada penelitian yang mengkaji hubungan antara kecepatan berjalan dengan sisa umur seseorang. Apa temuannya? Cari tahu di sini.

PerspektifHealth-Seberapa cepat seseorang berjalan nyatanya dikaitkan dengan masa hidup. Sebuah penelitian mengungkapkan sisa umur dapat diprediksi lewat kecepatan berjalan.

Bagaimana penjelasannya secara medis? Simak uraiannya di bawah ini.

Hubungan Kecepatan Berjalan dengan Sisa Umur Lansia

Selama ini, kecepatan berjalan umumnya digunakan dokter sebagai acuan untuk menetapkan perawatan medis yang tepat bagi lansia.

Mengutip Very Well Fit, sebuah penelitian skala besar berusaha menemukan hubungan antara kecepatan berjalan dengan sisa umur orang berusia lanjut.

Penelitian tersebut melibatkan 34.485 peserta berusia 65 tahun ke atas. Risetnya dilakukan selama lebih dari 12 tahun.

Selama riset berlangsung, para peserta studi tidak diberi tahu bahwa kecepatan berjalannya tengah diteliti sehingga mereka jalan seperti biasa. Mereka juga tidak mencoba berjalan lebih cepat.

Belasan tahun berselang, nyaris setengah dari total jumlah peserta meninggal. Hasil penelitian mengungkapkan, peserta dengan kecepatan berjalan alami 3,5 km/jam atau 1,0 m/detik cenderung hidup lebih lama dari perkiraan.

Peserta yang berjalan secara alami dengan kecepatan 2,8 km/jam atau 0,8 m/detik memiliki rentang hidup rata-rata.

Sedangkan, peserta yang secara alami punya kecepatan berjalan 2,1 km/jam atau 0,6 m/detik lebih berisiko mengalami kematian dini.

Para peneliti menemukan peserta yang berjalan lebih lambat memiliki rentang hidup lebih singkat dari perkiraan. Riset tersebut mencakup usia, jenis kelamin, dan ras/etnis peserta.

Meski begitu, penelitian itu mencatat faktor risiko kematian sangat bergantung pada setiap individu.

Kecepatan berjalan tidak dapat digunakan sepenuhnya untuk menentukan sisa umur maupun kualitas hidup peserta.

Dokter Atika mengatakan, “Perlu penelitian lain untuk benar-benar memastikan dan mengambil kesimpulan soal hubungan kecepatan berjalan dan sisa umur seseorang. Tidak bisa dari satu studi saja.”

Usia Pengaruhi Kecepatan Berjalan

Seiring bertambahnya usia, pada dasarnya kecepatan berjalan ikut melambat, terlebih pada lansia. Penyebab kian lambatnya kecepatan berjalan lansia menurut dr. Atika dapat dipengaruhi oleh faktor neurologis dan non-neurologis.

“Neurologis misalnya serebrovaskular (otak dan pembuluh darahnya), hingga masalah saraf tepi,” jelas dr. Atika.

Postur, keseimbangan, dan kecepatan berjalan dipengaruhi oleh fungsi otak dan sistem saraf.

Ketika kemampuan otak dan sistem saraf mengalami penurunan, kondisi ini turut menyebabkan postur, keseimbangan, dan kecepatan berjalan terganggu. Hal ini umumnya terjadi pada lansia.

“Bisa juga melambat karena masalah non-neurologis, contohnya kesehatan otot dan sendi. Misalnya, adanya kelemahan otot betis hingga osteoartritis (radang sendi kronis),” ia menambahkan.

Radang sendi dapat memengaruhi pinggul dan lutut. Pada gilirannya kondisi ini menghambat kemampuan berjalan lansia.

Itu dia fakta soal penelitian yang berusaha mengkaji hubungan antara kecepatan berjalan dengan sisa umur seseorang.

Cara menghitung sisa umur memang tidak dapat diketahui berdasarkan kecepatan berjalan saja. Namun, melambatnya kecepatan berjalan dapat membantu dokter mendiagnosis penyakit.

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *