Jakarta-Allah SWT telah mewajibkan hamba-Nya memiliki bekal untuk menjalankan ibadah haji. Kewajiban tersebut ditegaskan Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 197.
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
“…Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal.”
Kiai Ahmad Chodri Romli mengatakan, sangat penting jamaah memiliki bekal untuk menjalankan ibadah haji, terutama bekal takwa. Bekal yang sifatnya rohani dan nonfisik implementasinya banyak sekali dan sangat luas di antaranya sebagai berikut:
Pertama, niat yang ikhlas
Jauh-jauh datang ke Haramain, dengan meninggalkan keluarga, anak yang disayangi, pekerjaan yang dicintai, mengeluarkan biaya yang tak sedikit tiada lain kecuali semata-mata memenuhi undangan Allah untuk mendapatkan ridha-Nya. Maka dari itu niat bakal ikhlas harus ada di dalam diri masing-masing jamaah.
Kedua, bekal manasik haji dan umrah
Orang naik haji bukan sekadar datang ke Makkah sebagaimana umumnya para turis melakukan perjalanan ke mancanegara, lalu melakukan kegiatan menurut kemauan dan seleranya sendiri, melainkan haji adalah ibadah mahdhah yang terikat dengan aturan yang baku
“Ilmu pengetahuan tentang ibadah haji itulah yang disebut manasik haji,” kata Kiai Ahmad dalam bukunya ‘Ensikloped Haji dan Umrah.’
Ketiga, bekal kesehatan jasmani dan rohani
Berbeda dengan sebagaimana ibadah ibadah yang lainnya, Haji merupakan ibadah badaniyah (ragawi) di samping ibadah maliyah (harta) dan sekaligus sebagai ibadah qalbiyah (mental).
Maka kesehatan fisik sangat penting mengingat hampir semua rangkaian ibadah haji itu berupa perbuatan, kegiatan yang melibatkan anggota badan.
“Jadi, menjaga kesehatan dengan cara mengatur pola makan, olahraga, dan sebagainya adalah termasuk salah satu upaya memaksimalkan ibadah Haji untuk meraih nilai status yang mabrur,” katanya.