Perspektiftoday (Religi)- Allah Ta’ala telah memberikan banyak ayat, baik qauliyah maupun kauniyah, kepada umat manusia. Sayangnya banyak yang lalai dan tidak menyadarinya. Hanya orang beriman yang benar-benar menyadari tanda-tanda tersebut, lantas memanfaatkannya dengan baik dalam menjalani kehidupan dunia yang fana ini.
Di dalam Risalah al-Mustarsyidin, Imam al-Harits al-Muhasibi menyebutkan enam tanda yang jika terdapat pada diri seseorang, berarti Allah Ta’ala Menghendaki kebaikan baginya.
Mari periksa enam hal ini, adakah di dalam diri kita? Jika tidak, bergegaslah untuk mengupayakannya dengan sungguh-sungguh hingga tetes darah terakhir.
Allah Ta’ala berikan kecerdasan baginya.
Kecerdasan imani yang membuat seseorang bergegas untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah Ta’ala. Kecerdasan yang mengantarkan seseorang pada mendekatkan diri kepada-Nya. Kecerdasan yang melahirkan kesadaran, bahwa dunia sementara dan bergegas untuk beramal guna menghadapi kehidupan akhirat yang abadi.
Allah Ta’ala membuatnya menyukai ilmu.
Ialah ilmu sejati. Bukan sekadar pengetahuan. Ialah ilmu yang membuat seorang hamba makin besar rasa takutnya kepada Allah Ta’ala. Ialah ilmu yang mampu membedakan antara yang haq dan bathil. Ialah ilmu yang mampu melihat dengan jelas antara halal dan haram. Ialah ilmu yang mengantarkan pemiliknya pada Zat yang Maha Berilmu.
Allah Ta’ala membekalinya sikap waspada.
Waspada terhadap semua keburukan dan sebab yang mengantarkan kepadanya, lalu bergegas untuk menjauhinya. Dan waspada dalam melihat sekecil apa pun peluang kebaikan, lantas bersegera mengamalkannya sebelum datangnya ajal yang tiba-tiba.
Allah Ta’ala anugerahi sikap berkasih sayang.
Ialah manifestasi dari Kasih Sayang Allah Ta’ala kepada seluruh makhluk-Nya. Maka orang yang dikehendaki kebaikan padanya amat besar rasa kasih sayangnya kepada seluruh makhluk, namun tetap tegas dengan segala jenis keburukan dan kekufuran di sekitarnya.
Allah Ta’ala membuatnya kaya dengan merasa cukup terhadap yang sedikit.
Mereka memiliki sikap qana’ah. Puas dan cukup dengan sekecil apa pun pemberian, karena menyadari bahwa Zat yang Memberinya adalah Allah Ta’ala Yang Mahabesar. Mereka merasa cukup lantaran memahami hakikat dunia yang amat sementara sehingga tidak pernah berlebih-lebihan dalam melabuhkan harapan.
Allah Ta’ala membuatnya mampu melihat kekurangan diri.
Mereka yang dikehendaki kebaikan oleh Allah Ta’ala tidak pernah merasa baik. Kesibukannya adalah memohon ampun dan memperbaiki diri. Mereka selalu merasa serbakekurangan dalam amal. Mereka tidak pernah berbesar hati, sebab menyadari bahwa sebanyak apa pun amal kebaikan tidak akan bisa memasukkannya ke dalam surga, kecuali atas Rahmat dari Allah Ta’ala.
Wallahu a’lam.